Bursa Efek Tokyo menangguhkan perdagangan saham selama satu hari penuh pada hari Kamis 1 Oktober 2020 karena kesalahan dalam sistem perdagangan elektroniknya menyebabkan pemadaman terparah yang pernah dialami oleh pasar saham terbesar ketiga di dunia itu.
Penutupan tersebut membuat frustrasi investor yang ingin membeli kembali saham setelah debat presiden AS yang pertama, dan dapat menodai kredibilitas bursa apalagi setelah Perdana Menteri baru Yoshihide Suga menjadikan digitalisasi sebagai prioritas utama.
Itu juga terjadi karena Tokyo berharap untuk menarik lebih banyak bank dan pengelola dana dari Hong Kong, di tengah kekhawatiran bisnis atas undang-undang keamanan baru yang diberlakukan oleh China. TSE salah satu penyedia jasa perdagangan saat ini berencana untuk mengganti perangkat keras dan mengambil langkah, termasuk pemeliharaan lainnya, untuk memastikan perdagangan normal mulai besok dan seterusnya, Japan Exchange Group , yang menjalankan TSE, mengatakan dalam sebuah pernyataan. Chief Executive Officer TSE Koichiro Miyahara akan mengadakan konferensi pers pada pukul 16:30. (0730 GMT).
Bursa regional yang lebih kecil di Nagoya, Fukuoka dan Sapporo juga terpaksa menghentikan perdagangan karena menggunakan sistem TSE. Hal Itu membuat Osaka Exchange yang berfokus pada derivatif sebagai satu-satunya pasar ekuitas yang masih berjalan.